PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Sumber: kompas.com/Romensy Augustino

PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) pernah menjadi salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, dikenal dengan produk berkualitas tinggi yang menembus pasar global. Namun, pada Oktober 2024, perusahaan ini resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap kejatuhan Sritex, tetapi salah satu penyebab utama adalah sistem manufakturnya yang tidak lagi mampu bersaing secara efisien dalam industri tekstil global.

Kurangnya Investasi dalam Teknologi Manufaktur

Dalam dunia manufaktur modern, efisiensi dan inovasi adalah kunci keberlanjutan bisnis. Sayangnya, Sritex gagal mengadopsi teknologi terbaru dalam proses produksinya. Menurut ekonom senior Fithra Faisal Hastiadi, perusahaan ini tidak melakukan modernisasi peralatan dan sistem manufaktur, menyebabkan biaya produksi lebih tinggi dibandingkan kompetitor yang sudah menggunakan teknologi otomatisasi. Akibatnya, daya saing Sritex semakin menurun di pasar global yang semakin kompetitif.

Gangguan Rantai Pasok dan Ketidakefisienan Produksi

Pandemi COVID-19 memperburuk ketergantungan Sritex terhadap pasokan bahan baku impor, seperti kapas dan pewarna tekstil. Keterlambatan pasokan, kenaikan harga bahan baku, dan biaya logistik yang meningkat membuat sistem manufaktur Sritex mengalami gangguan besar. Ketidakmampuan perusahaan untuk mengelola rantai pasok dengan fleksibel dan efisien menyebabkan produksi tersendat dan biaya operasional membengkak, semakin memperburuk kondisi keuangan perusahaan.

Kegagalan Manajemen Risiko

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) menilai bahwa kebangkrutan Sritex sebagian besar disebabkan oleh kegagalan dalam mitigasi risiko. Menurut Menaker Yassierli, manajemen perusahaan terlalu percaya diri bahwa risiko utang dan kondisi pasar dapat dikelola tanpa langkah antisipatif yang konkret. Akibatnya, ketika tekanan finansial meningkat, perusahaan tidak memiliki strategi darurat untuk mempertahankan kelangsungan bisnis.

Ketergantungan pada Segmen Pasar Tertentu

Sritex selama ini fokus pada produksi seragam militer dan tekstil untuk pasar ritel. Namun, dengan munculnya produsen tekstil murah dari negara seperti Tiongkok dan Vietnam, perusahaan ini semakin sulit bersaing. Ketergantungan pada pasar yang stagnan tanpa diversifikasi bisnis yang signifikan menyebabkan Sritex tidak memiliki fleksibilitas untuk menghadapi perubahan tren industri tekstil global.

Counter Argument dan Bantahan

Sebagian pihak berargumen bahwa kebangkrutan Sritex lebih disebabkan oleh kebijakan ekonomi makro dan persaingan global yang tidak adil. Namun, jika melihat lebih dalam, banyak perusahaan tekstil lain masih bertahan meskipun menghadapi tantangan yang sama. Ini menunjukkan bahwa kelemahan utama Sritex bukan hanya faktor eksternal, tetapi juga berasal dari dalam, yaitu kegagalan dalam adaptasi dan inovasi sistem manufakturnya.

Kasus kebangkrutan PT Sritex adalah pelajaran berharga bagi industri manufaktur di Indonesia. Ketidakmampuan beradaptasi dengan perkembangan teknologi, kegagalan dalam mengelola rantai pasok, lemahnya mitigasi risiko, serta kurangnya diversifikasi pasar adalah kombinasi yang menyebabkan kejatuhan perusahaan ini. Untuk mencegah kejadian serupa, perusahaan manufaktur harus berinvestasi dalam inovasi teknologi, mengelola rantai pasok secara cermat, serta menerapkan strategi mitigasi risiko yang lebih kuat. Tanpa langkah ini, industri tekstil Indonesia akan terus menghadapi ancaman serupa di masa depan.

Ditulis oleh: Muhammad Rizky, S.Tr.T, LinkedIn: linkedin.com/in/rizky-drmekanik

Sumber Referensi:

  1. F. F. Hastiadi, “Ekonom Blak-blakan Penyebab Sritex (SRIL) Pailit, Ini Biang Keroknya,” Bisnis.com, 24 Desember 2024. [Online]. Available: https://ekonomi.bisnis.com/read/20241224/257/1826705/ekonom-blak-blakan-penyebab-sritex-sril-pailit-ini-biang-keroknya.
  2. “Pelajaran dari Penutupan PT Sritex,” 8ThinkTank, 2024. [Online]. Available: https://8thinktank.com/pelajaran-dari-penutupan-pt-sritex/.
  3. “Menaker Sebut Sritex Pailit Akibat Kegagalan Manajemen Risiko,” Bloomberg Technoz, 2024. [Online]. Available: https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/53346/menaker-sebut-sritex-pailit-akibat-kegagalan-manajemen-risiko.
  4. “Contoh Studi Kelayakan Bisnis Perusahaan,” KiriminAja, 2024. [Online]. Available: https://kiriminaja.com/blog/contoh-studi-kelayakan-bisnis-perusahaan.